BANTU LARISI TOKOKU YA
KHOLSTORE
Banner IDwebhost
MAKALAH PERILAKU ORGANISASI

MAKALAH PERILAKU ORGANISASI





TUGAS MAKALAH
ADMINISTRASI, ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PERILAKU ORGANISASI
Dosen Pengampu : Andri Feriyanto, S.E.

Disusun  Oleh :
1.      WAHYU IRAWAN (14310036)
2.      KHOLIDIN (14310048)
3.      M. RIYAN APRIANSAH (14310063)
4.      BAYU PAMULAN (14310071)

Kelas         : DDR3-34/14

JURUSAN MANAGEMENT INFORMATIKA
POLITEKNIK DHARMA PATRIA
KEBUMEN
2014

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah kelompok kami. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ADMINISTRASI, ORGANISASI, DAN MANAJEMEN, yang berjudul “Perilaku Organisasi dengan topik “Penilaian Efektifitas Organisasi dan Pengembangan Organisasi”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Makalah ini telah disusun berdasarkan sumber-sumber yang ada, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan akan kami terima dengan senang hati. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.


Kebumen,10 Januari 2015
Penyusun





















BAB I PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia dalam kehidupan sehari-hari senantiasa mengalami dan merasakan kepemimpinan (leadership) dalam aneka macam bentuk, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kepemimpinan juga dialami atau dirasakan dari para pemimpin berbagai organisasi yang mana kita menjadi anggotanya. Bahkan tidak jarang dalam praktek terlihat bahwa manusia kadang-kadang berada dalam posisi dualistis yaitu kadang-kadang sebagai pihak yang dipimpin dan pada saat atau kondisi lain ia justru bertindak sebagai pemimpin.
Jika manusia berjiwa pemimpin, maka akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Di sinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian dari perilaku kelompok dalam organisasi ?
2.      Apa yang dimaksud konflik dan bagaimana cara menanganinya ?
3.      Apa saja prinsip penilaian organisasi ?
4.      Apa yang dimaksud perubahan berencana, apa saja tahapnya dan bagaimana cara mengembangkan organisasi ?

C.    TUJUAN PENULISAN

1.      Agar kami mendapatkan nilai dari Dosen mata kuliah
2.      Agar kami mengetahui aspek dari perilaku organisasi









BAB II PEMBAHASAN


A.    Perilaku Kelompok dalam Organisasi

a.      Pengertian Kelompok dalam Organisasi
ü Kelompok adalah sejumlah orang yang saling berkomunikasi antara yang satu dengan yang lain, serta sering kali dilakukan sepanjang jangka waktu tertententu dan jumlahnya cukup sedikit, sehingga tiap orang mampu berkomunikasi dengan semua orang, tidak melewati orang lain atau orang kedua, tetapi dengan tatap muka.
ü Kelompok adalah dua orang atau lebih karyawan yang saling memengaruhi dengan cara sedemikian rupa, sehingga perilaku dan atau hasil karya seorang anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau hasil karya para anggotanya yang lain.
Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok memasuki dunia organisasi maka karakteristik yang dibawanya adalah kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Dan organisasi juga mempunyai karakteristik yaitu keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, system penggajian, system pengendalian dan lain sebagainya. Jika karakteristik antara kelompok digabungkan dengan karakteristik organisasi maka akan terwujud perilaku kelompok dalam organisasi. Jadi, perilaku kelompok dalam organisasi adalah suatu fungsi dari interaksi antara sebuah kelompok dengan lingkungannya ( organisasi ).

b.      Ciri-Ciri Anggota Kelompok dalam Organisasi
1.    Mempunyai motivasi untuk bergabung,
2.    Mengenal kelompok sebagai suatu unit yang terpadu dari orang-orang yang saling berinteraksi,
3.    Memberi sumbangan dalam jumlah yang berbeda-beda kepada proses kelompok (beberapa orang menyumbangkan lebih banyak waktu atau tenaga kepada kelompok),
4.    Mencapai kesepakatan dan mempunyai perbedaan pendapat lewat berbagai macam interaksi.

c.       Perilaku Sosial dalam Kelompok
Sifat orang yang senang sekali berkumpul sering menyebabkan kebutuhan akan pembentukan kelompok. Keinginan untuk masuk dan menjadi dan menjadi salah satu anggota kelompok menunjukkan kebutuhan sosial semua orang. Hal ini sebenarnya berlaku tidak hanya dalam pekerjaan, tetapi juga di luar tempat kerja sebagaimana telah dibukikan oleh adanya berbagai macam organisasi sosial, kebudayaan, politik, dan persaudaraan.
Perilaku dalam kelompok tersebut antara lain:
1.    Membutuhkan status sosial dirinya sebagai anggota kelompok,
2.    Memberikan bantuan dan dukungan materi maupun non materi,
3.    Keterlibatan dalam aktivitas kelompok,
4.    Mengaktualisasikan dirinya sebagai anggota kelompok.

d.      Perilaku Tugas dalam Kelompok
1.    Anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok,
2.    Berkomunikasi dalam pelaksanaan tugas,
3.    Melakukan koodinasi dalam proses pencapaian tujuan kelompok.

e.       Macam-Macam Perilaku Kelompok
1.      Kelompok dipandang dari persepsi
Para anggota kelompok harus mengetahui hubungan mereka dengan yang lain supaya mereka dinamakan kelompok, dengan demikian anggota kelompok mengetahui keberadaan tiap-tiap anggotanya dan mengetahui kesan dari tiap anggotanya.
2.      Kelompok dipandang dari segi organisasi
Kelompok sebagai suatu sistem yang terorganisasi yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berhungan sedemikan rupa sehingga sehingga sitem tersebut melakukan fungsi tersebut, mempunyai serangkaian peran hubungan antara para anggotanya dan mempunyai serangkaian norma yang mengatur fungsi kelompok dari tiap anggotanya.
3.      Kelompok dipandang dari segi motivasi
Kelompok sebagai suatu kumpulan individu yang eksistensinya adalah sebagai kumpulan yang sangat bermanfaat bagi para individu tersebut.
4.      Kelompok dipandang dari segi interaksi
Kelompok adalah sejumlah orang yang saling berkomunikasi antara yang satu dengan yang lain, maka para anggotanya:
a)      Mempunyai motivasi untuk bergabung,
b)      Mengenal kelompok sebagai suatu unit yang terpadu dan orang-orang yang saling berinteraksi,
c)      Memberi sumbangan dalam jumlah yang berbeda-beda kepada proses kelompok (beberapa orang menyumbangkan lebih banyak waktu atau tenaga kepada kelompok),
d)     Mencapai kesepakatan dan mempunyai perbedaan pendapat lewat berbagai macam interaksi.

B.     Konflik dan Strategi Penanganannya

1.      Konflik

a)      Pengertian Konflik
Secara sederhana, konflik berarti saling memukul (configure). Tetapi, jika dilihat dari cara pandang ilmu sosiologi konflik diartikan sebagai proses sosial antara dua orang atau lebih (kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuat tidak berdaya.
Menurut Soerjono Soekanto, konflok merupakan pertentangan atau pertikaian, yaitu suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan, disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan.
Dahrendorf berpendirian bahwa masyarakat mempunyai dua wajah, yaitu konflik dan consensus. Menurutnya kita takkan punya konflik jika tidak ada consensus sebelumnya. Sebaiknya konflik dapat menimbulkan consensus dan integrasi.
Collins menjelaskan konflik adalah proses sentral dalam kehidupan sosial sehingga ia tidak menganggap konflik sebagai sesuatu yang baik atau buruk. Menurutnya, setiap orang memiliki sifat sosial.
b)      Faktor Penyebab Konflik
1.)    Perbedaan individu
Manusia merupakan individu yang unik. Maksudnya, tiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan pendirian dan perasaan inilah yang dapat memicu terjadinya konflik.
2.)    Perbedaan latar belakang kebudayaan
Dalam menjalani hubungan sosial seseorang individu akan dipengaruhi oleh pola-pola pemikiran kelompoknya. Masing-masing kelompok kebudayaan memiliki norma dan nilai yang berbeda sesuai kebutuhan masyarkat setempat. Perbedaan inilah yang dapat mendatangkan konflik sosial. Seperti perbedaan kriteria tentang baik-buruk, sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas, berguna-tidak bergunanya sesuatu. Berbeda dengan masyarakat desa yang cenderung santai menjalankan kehidupannya.
3.)    Perbedaan kepentingan
Manusia memiliki perasaan, pendirian, maupun latar belakang budaya yang berbeda sehingga dalam waktu yang sama dapat memiliki kepentingan yang berbeda-beda terhadap obyek yang sama. Konflik akibat perbedaan kepentingan dapat menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.
4.)    Perubahan sistem nilai yang berlangsung secara cepat
Tiap orang memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapi perubahan sosial. Perbedaan sikap ini dapat memicu terjadinya konflik. Apalagi jika perubahan berlangsung secara cepat dan mendadak maka dapat menimbulkan kegoncangan pada proses sosial dalam masyarakat.
c)      Sumber Konflik
1.      Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict)
Menurut Wijono (1993, pp.7-15), ada tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict), yaitu:
1.) Approach-approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
2.) Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan yang mengacu pada satu tujuandan pada waktu yang sama didorong untuk melakukan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negatif bagi orang yang mengalami konflik tersebut.
3.) Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua atau lebih hal yang negatif tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang mempunyai resiko paling kecil dan mudah diatasi, serta akibatnya tidak begitu fatal.
2.      Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambigius
Di dalam organisasi, konflik seringkali terjadi karena adanya perbedaan peran dan ambigius dalam tugas dan tanggung jawab terhadap sikap-sikap, nilai-nilai dan harapan-harapan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi.
Filley and House memberikan kesimpulan atas hasil penyelidikan kepustakaan mengenai konflik peran dalam organisasi, yang dicatat melalui indikasi-indikasi yang dipengaruhi oleh empat variabel pokok yaitu :
1) Mempunyai kesadaran akan terjadinya konflik peran.
2) Menerima kondisi dan situasi bila muncul konflik yang bisa membuat tekanan-tekanan dalam pekerjaan.
3) Memiliki kemampuan untuk mentolelir stres.
4) Memperkuat sikap/sifat pribadi lebih tahan dalam menghadapi konflik yang muncul dalam organisasi (Wijono, 1993, p.15).
d)     Jenis-Jenis Konflik
1.)    Konflik  Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
2.)    Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan.
3.)    Konflik antar Perorangan
Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu dengan individu lain atau lebih. Konflik ini biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan perilaku setiap orang dalam organisasi. Hal ini biasanya pernah dialami oleh setiap anggota organisasi baik hanya dirasakan sendiri maupun ditunjukkan dengan sikap.
4.)    Konflik antar Kelompok
Seperti diketahui bahwa sebuah organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang terdiri dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit disuatu kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit dari kelompok lain maka manajer merupakan pihak yang harus bisa menjadi penghubung antara keduanya. Hubungan pertentangan ini apabila dipertahankan maka akan menjadi koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan menjadi sulit.
5.)    Konflik antar Organisasi
Konflik juga bisa terjadi antara organisasi yang satu dengan yang lain. Hal ini tidak selalu disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama. Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidak cocokan suaut badan terhadap kinerja suatu organisasi.
                        Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :
1)        konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
2)        konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
3)        konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
4)        konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
5)        konflik antar atau tidak antar agama
6)        konflik antar politik
e)      Dampak Konflik
1.)    Dampak positif konflik
a.)    Meningkatkan solidarita kelompok,
b.)    Mendorong kekuatan pribadi untuk menghadapi berbagai situasi politik,
c.)    Munculnya norma baru,
d.)   Mendorong kesadaran kelompok yang berkonflik untuk melakukan kompromi.
2.)    Dampak negatif konflik
a.)    Menimbulkan perpecahan,
b.)    Terjadi kerusakan sarana dan prasarana umum,
c.)    Meningkatkan keresahan masyarakat,
d.)   Melumpuhkan roda perekonomian,
e.)    Menghancurkan harta benda dan jatuhnya korban.

2.      Strategi Penanganan Konflik
a.       Konsiliasi
Konsiliasi, berarti pengendalian konflik yang dilakukan melalui lembaga tertentu. Lembaga tersebut bertugas mempertemukan pihak yang berkonflik untuk berdiskusi hingga memperoleh solusi masalah.
b.      Mediasi
Mediasi, berarti pengendalian konflik melalui jasa perantara yang bersikap netral. Pihak tersebut berupaya mempertemukan dan mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa berdasarkan keinginan kedua belah pihak guna menyelesaikan masalah.
c.       Arbritasi
Arbitrase merupakan cara penyelesaian konflik melalui pihak ketiga. Jasa penengah dipilih oleh kedua belah pihak yang sedang bersengketa. Orang yang bertindak sebagai penengah dalam arbitrase bertugas menyelesaikan sengketa dengan cara membuat keputusan-keutusan berdasarkan ketentuan atau aturan yang telah ditetapkan.
d.      Adjudikasi
Ajudikasi merupakan peradilan yang menunjukkan upaya penyelesaian sengketa. Upaya tersebut dilakukan oleh pihak ketiga yang sering disebut dengan adjudicator. Pihak ketiga (hakim) tidak dipilih oleh pihak-pihak yang bersengketa. Adjudicator menggunakan autran-aturan yang pasti untuk menyelesaikan suatu masalah.
e.       Koersi
Koersi merupakan proses akomodasi yang berlangsung melalui pemaksaan. Koersi muncul ketika kedua belah pihak yang sedang bersengkata menempati kedudukan yang tidak seimbang.

C.    Prinsip Penilaian Organisasi

Evaluasi/penilaian dalam organisasi perlu dilakukan untuk memberikan suatu perbaikan atau pembenaran terhadap program-program organisasi yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat memberikan data objektif melalui pengumpulan data yang bermanfaat dan bernilai bagi kelangsungan organisasi. Proses evaluasi merupakan salah satu upaya membandingkan hasil-hasil program dengan tujuan program. Pada dasarnya, evaluasi terdiri dari:
1.      Mengumpulkan data,
2.      Mengatur dan menganalisis data,
3.      Mengintepretasikan kesimpulan-kesimpulan dengan tujuan yang telah dipaparkan,
4.      Mencatat rekomendasi untuk perubahan-perubahan program berikutnya.
Ada beberapa cara yang dikembangkan untuk mengukur efektivitas suatu organisasi.
1)      Pertama, pengukuran berdasarkan model kerangka kerja yang digunakan. Menurut Steers (1980: 5), umumnya kerangka kerja yang digunakan untuk meneliti efektivitas terdiri atas dua model, yaitu (1) model pengukuran yang bersifat univariasi (berdimensi satu), yang memusatkan perhatian dalam mengukur efektivitas hanya kepada satu kriteria evaluasi, misalnya produktivitas; (2) model multivariasi, yaitu mengukur efektivitas organisasi berdasarkan sejumlah kriteria penilaian. Masing-masing model mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dalam model univariasi, penelaahannya mendalam, meskipun kurang meluas; sebaliknya dalam model multivariasi, penelaahannya mungkin tidak terlalu mendalam tetapi cakupannya luas karena meliputi beberapa variabel.
2)      Kedua, pengukuran berdasarkan komponen-komponen dalam sistem organisasi. Dengan mengacu kepada sistem organisasi Lubis & Huseini (1987: 56 – 71) mengelompokkan empat pendekatan dalam pengukuran efektivitas, yaitu (1) pendekatan sasaran yang memusatkan pengukuran kepada keluaran (produk/jasa) organisasi; (2) pendekatan proses yang memusatkan pengukuran kepada kegiatan dan proses internal organisasi; (3) pendekatan sumber yang memusatkan pengukuran kepada sumber-sumber masukan organisasi; (4) pendekatan gabungan, yaitu pengukuran efektivitas dengan menggabungkan ketiga jenis pendekatan terdahulu secara bersamaan, mencakup pengukuran pada sisi masukan, efisiensi proses transformasi, dan sisi keberhasilan mencapai sasaran.
3)      Ketiga, setiap pendekatan itu masing-masing mempunyai kelemahan dalam pengukuran efektivitas. Oleh karena itu, beberapa pakar mengajukan pendekatan lain yang dianggap lebih komprehensif untuk mengukur efektivitas, diantaranya pendekatan (1) konstituensi, (2) bidang sasaran, (3) kontingensi.

D.    Perubahan Berencana, Tahap Perubahan, dan Pengembangan Organisasi

1.      Pengertian Perubahan
Perubahan terencana merupakan istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin untuk membedakan perubahan yang sengaja digerakkan dan direncanakan organisasi dengan perubahan yang berlangsung tidak disengaja .
Bennis, Benne dan Chin, mengemukakan pengertian perubahan terencana sebagai berikut :
Planned change is the application of systematic and appropriate knowledge of human affairs for the purpose of creating intelligent action and change (Bennis & Mische, 1995)

2.      Karakteristik Perubahan Terencana
Menurut Benne & Mische, (1990 p. 48) perubahan terencana mempunyai beberapa karakteristik diantaranya adalah :
1. Planned change involves a delebrate, purposesful, and explisit decision to engage in a program of problem solving and improvement
2. Planned change reflects a process of change which can apply to a variety of human client system
3. Planned change almost always involves external profesional guidance
4. Planned change generally involves a strategy of collaboration and power sharing between the change agents and the client system
5. Planned change seeks utilization of valid knowledge or data to be used in the implementation of change.

3.      Tahap Perubahan
Menurut Lippit, Watson, dan Westley perubahan itu melalui tujuh tahapan, yaitu :
1. Pengembangan kebutuhan perubahan
Perubahan terencana selalu mencakup usaha untuk memecahkan persoalan tertentu atau setidak-tidaknya untuk mengatasi kesulitan tertentu. Tahapan ini diperlukan dan dapat digunakan oleh segala bentuk sistem sosial, seperti perseorangan, kelompok, organisasi ataupun masyarakat. Pada umumnya, dapat dilakukan apabila orang-orang yang ada dalam sistem itu mulai merasakan keperluannya untuk mencari agen pembaharu yang dapat membantu memecahkan persoalan tersebut.
2. Membangun hubungan
Pada tahapan ini, pengguna dan agen pembaharu mulai mengembangkan hubungan kerja antara mereka. Dalam tahapan ini terjadi proses penjajagan mengenai sistem nilai yang dianut oleh kedua belah pihak. Juga terjadi proses saling uji mengenai metode yang akan digunakan oleh kedua belah pihak dianggap tepat bagi terjadinya proses perubahan terencana yang diharapkan.
3. Diagnosis masalah klien
Aspek penting dalam tahapan ini adalah kegiatan diagnosis atau masalah yang dihadapi oleh sistem yang akan mengalami perubahan tersebut. Proses diagnosis ini harus dilakukan secara teliti dan cermat, karena akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pelaksanaan tahap-tahap berikutnya dan malahan mungkin proses terencana itu secara keseluruhan.
4. Pengujian alternatif tujuan dari tindakan
Dalam tahapan ini hasil diagnosis dirumuskan dalam bentuk kemungkinan tindakan. Strategi pelaksanaan mulai ditentukan, dan beberapa tehnik intervensi mulai diteliti untuk dapat memilih teknik intervensi yang paling tepat.
5. Penerapan tindakan
Dalam tahapan ini beberapa teknik intervensi yang sudah dipilih mulai diterapkan. Karena dalam pelaksanaannya pengguna harus tetap terlibat secara aktif, maka seringkali para pengguna mengganggap tahapan ini tahapan yang paling berat. Selain itu, hal-hal yang praktis seperti adanya keengganan untuk berubah dari berbagai unsur yang ada dalam sistem tersebut mulai menampak nyata. Dalam tahap pelaksanaan ini langkah-langkah untuk mendapatkan umpan balik perlu juga mendapatkan perhatian.
6. Generalisasi dan stabilisasi
Hal yang utama yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah usaha untuk meyakinkan kedua belah pihak bahwa perubahan yang telah dilakukan memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Hasil tersebut bersifat relatif tetap dan stabil. Perhatian tadi diperlukan karena pengalaman yang sering menunjukkan bahwa perubahan dan hasilnya tersebut akan menghilang kembali sesudah mengalami beberapa jangka waktu tertentu.
7. Mengakhiri hubungan dengan agen perubahan dan evaluasi
Bila hasil pengamatan tadi sudah menunjukkan bahwa perubahan yang dilakukan sudah melembaga, maka bantuan dari luar sudah tidak diperlukan lagi. tugas dari pengguna selanjutnya adalah ,mengambil pelajaran dari proses kolaborasi yang dia lakukan bersama agen pembaharu. Hal ini diperlukan selain agar para pengguna dapat mempertahankan sistem yang sekarang ada, juga karena dengan demikian para pengguna menjadi tidak terlalu tergantung kepada agen pembaharu yang adadiluar sistem itu.

4.      Pengembangan Organisasi
1.      Menganalisis masukan (input) bagi organisasi,
2.      Proses pengorganisasian sampai menciptakan keluaran (output) organisasi, baik dalam bentuk barang produk ataupun jasa pelayanan.
Untuk memperjelas hal tersebut, berikut ini gambar mengenai pengembangan organisasi berdasarkan skenario klasik:




INPUT OUTPUT
 













Katalisa
Kejadian
dan Lingkungan

Sumber Daya
 




Organisasi
Group
Individu
 























BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Individu dan kelompok individu adalah aset terpenting dalam membentuk, mencorak, membudaya, mengurus, menentukan haluan dan juga kegagalan atau kejayaan sebuah organisasi. Dalam memainkan dan menghidupkan peranan dan tanggung jawabnya, seorang individu perlu tahu tempatnya dalam sistem terdekatnya dan juga interaksi sistem itu dengan sistem-sistem lain serta meningkatkan upaya ke arah pencapaian sinergi positif dalam organisasi. Pembinaan kemahiran baru dan budaya baru perlu ditanamkan dalam diri melalui kesadaran tentang perubahan di sekeliling yang menuntut kepada perubahan dalam cara kita berfikir dan bertindak.
Perilaku keorganisasian adalah bidang studi yang mencoba menyelidiki dampak individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku di dalam organisasi, dan kemudian berusaha mengaplikasikannya agar organisasi dapat bekerja lebih efektif. Perilaku Keorganisasian memberika tantangan sekaligus peluang bagi anggota organisasi untuk menapak karir yang lebih tinggi. Perilaku Keorganisasian targetnya bukanlah semata-mata para pimpinan tetapi juga para bawahan. Dalam perspektif manajemen apabila perilaku keorganisasian sukses diterapkan akan mampu mewujudkan “system imbalan rangkap tiga”, dimana tujuan manusia, organisasi, dan masyarakat menyatu. 
B.     SARAN-SARAN
Penulis mencoba untuk menyampaikan saran sebagai input tambahan bagi organisasi dan perilaku keorganisasian yang diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya yaitu:
- Dalam organisasi perlu adanya keterkaitan satu sama lainnya dalam melakukan aktivitas, agar tujuan organisasi dapat tercapai.
- Dalam perilaku keorganisasian diharapkan adanya tiga karakteristik yaitu perilaku, struktur, dan proses. Dengan ketiga karakteristik tersebut organisasi dapat bekerja dengan efektif dan efisien.
- Organisasi harus mempertahankan hubungan baiknya dengan bawahan, memperhatikan dan menghargai bawahannnya sehinngga karyawan dapat bekerja dengan baik dan loyal sehingga organisasi juga merasa diuntungkan.



DAFTAR PUSTAKA

Prihartono. 2012. Administrasi, Organisasi, dan Manajemen. Bandung: CV. ANDI OFFSET
Kawedar, Widayabakti Hesti, dkk. 2012. Detik-Detik Ujian Nasional Sosiologi. Klaten: PT INTAN PARIWARA


Komentar dan saran sangat kami butuhkan untuk meningkat kualitas blog kami

*Budayakan anti spam

Emoticon

banner